Modul
: 1
Pengertian
Gender dan Sosialisasi Gender.
Kegiatan Belajar : 1
A. Pengertian
Gender.
Dalam memahami
pengertian gender kita harus membedakan antara gender dan jenis kelamin.
Secara biologis jenis kelamin ditentukan
oleh jumlah kromosom yang ada pada saat pembuahan. Simon Beauvoir dalam bukunya
“the second sex” (1975) menyatakan bahwa jenis kelamin ditentukan oleh
kromosom. Hegel dalm “philosophy of nature” menuturkan bahwa kedua sel kelamin
ini tetap berbeda dimana laki-laki adalah makluk yang aktif dan perempuan
makluk yang pasif karena ia tetap berkembang dalam kesatuanya.
Simon
Beauvior menjelaskan bahwa “laki-laki” dinamai self (diri) dan perempuan
dinamai others (liyan). Hal ini dapat diartikan bahwa secara budaya perempuan tidak
esensial dan laki-laki esensial. Jary and Jary dalam “Dictionary of Sociology”
menyatakan bahwa gender memiliki dua pengertian :
1. Kata
gender biasa digunakan untuk membedakan laki-laki dan perempuan berdasarkan
anatomi jenis kelamin.
2. Para
sosiolog dan psikolog mengartikan gender kedalam pembagian “masculine” dan
“feminine” berdasarkan atribut yang melekat secara sosial dan psikologi sosial.
Para
Antropolog memaknai gender secara kultural dan historis seperti makna,
interpretasi dan ekspresi dari kedua varian diantara berbagai kebudayaan.
Dalam
konsep gender melekat sifat-sifat yang dikonstruksi secara sosial misal
laki-laki dianggap kuat, agresif dan rasional. Konstruksi sosial yang
membedakan sifat laki-laki dan perempuan.
B. Perbedaan
Gender.
Perbedaan
secara fisik dan kemudian ditarik ke perbedaan secara sosial budaya menimbulkan
pertanyaan mengenai perbedaan secara psikologis. Apakah perbedaan psikologis
laki-laki dan perempuan juga diwariskan secara alami ?.
Pengikut
teori nature berpandangan bahwa perbedaan psikologis disebabkan oleh faktor
biologis sedangkan pengikut teori nurture menyatakan bahwa perbedaan ini
terbentuk karena proses belajar melalui lingkungan hidupnya.
Maria
Mies mengemukakan bahwa pembagian kerja laki-laki dan perempuan sangat bersifat
patriarkat karena didasarkan pada pemisahan struktur dan subordinasi manusia yaitu laki-laki terpisah dengan perempuan
dimana perempuan pada posisi subordinasi. Menurut Blood dan Wolfe dalam bukunya
“Husband and wives” berpendapat bahwa
pembagian kerja berdasarkan sex ada dua pola yaitu pola tradisional dan
pola kontemporer. Dalam konsep tradisional perempuan bekerja didalam rumah
sedangkan dalam konsep kontemporer suami istri bekerja sama saling
komplementer.
Konstruksi
sosial gender yang berkembang secara
evolusional dan diperkuat dengan ajaran agama telah mempengaruhi secara biologis,
misal perempuan telah dikonstruksi bersifat lemah lembut maka perempuan dididik
dan disosialisasi sesuai sifat gender yang ditentukan masyarakat.
C. Peran
Gender
Terdapat
perbedaan antara peran dan status dimana peran menunjukan penampilan (aktif)
sedangkan status menunjukan posisi (pasif). Peran gender laki-laki diwariskan
dari status biologisnya yang memiliki fisik kuat sehingga ditugaskan pada
pekerjaan sektor publik (diluar rumah). Bagi perempuan aktifitas mengandung dan
melahirkan merupakan aktifitas alamiah tetapi bagaimana dengan peran sebagai
ibu rumah tangga ?
Menurut
Julia Cleves Mosse istilah “ibu” adalah istilah sosial yang menjadi milik bahasa dan dikonstruksi oleh
manusia. Selanjutnya Mosse menyatakan bahwa istilah “ibu rumah tangga” dalam
masyarakat industri memiliki makna sebagai konsumen. Sebelumnya rumah tangga
sebagai tempat produksi tetapi dengan perkembangan industri maka proses
produksi diambil alih oleh pabrik dan rumah tangga sebagai konsumen.
Zaretsky
(1976) menjelaskan bahwa pada masyarakat kapitalis sektor masyarakat dikaitkan
dengan sistem pasar tetapi rumah tangga merupakan sektor pribadi yang tidak
dicampuri sistem pasar sehingga perempuan yang bekerja disektor rumahtangga
tidak memiliki nilai pasar sehingga secara ekonomis maupun psikologis perempuan
tergantung pada laki-laki.
Kegiatan
Belajar : 2 Sosialisasi
Gender
A. Sosialisasi
Gender dalam kelompok primer
Charles
Horton Cooley menyatakan bahwa karakteristik dari kelompok primer adalah:
intim, face to face dan kerja sama. Disamping itu juga keharmonisan dan
kecintaan. Kelompok primer meliputi : keluarga, kerabat dan ketetanggaan.
Menurut
Jessie Bernard dalam bukunya “female world” (1981) laki-laki dan perempuan
masuk ke dunia yang berbeda dalam satu komonitas yang sama (tunggal) yaitu
dunia pink (pink world) bagi perempuan
dan dunia biru (blue world) bagi
lak-laki. Pembedaan “dunia” ini juga berpengaruh terhadap pola asuh anak dalam
keluarga. Hal ini menggambarkan bahwa perbedaan peran gender yang terjadi dalam
masyarakat diakibatkan oleh proses sosialisasi yang salah satunya sosialisasi
dalam keluarga (kelompok primer). Keluarga merupakan tempat sosialisasi awal
dimana anak akan menerima dan mengadopsi nilai yang diberikan orang tuanya.
Proses pembedaan gender tidak berhenti
pada lingkup keluarga saja tetapi juga pada lembaga sosialisasi selanjutnya
seperti teman sepermainan, sekolah dan lingkungan kerja.
B. Sosialisasi
Gender pada kelompok sekunder.
Sosialisasi
sekunder misalnya : komunitas tempat
kerja, kelompok hobi / olah raga, organisasi formal, dll. Pada umumnya
perempuan banyak terserap pada pasar tenaga kerja sekunder yang sesuai dengan
kodrat perempuan. Faktor penyebabnya menurut Walby adalah
1. Kemampuan
kerja perempuan rendah.
2.
Secara sosial perempuan berbeda dengan
laki-laki.
3.
Perempuan memiliki komitmen rendah dalam
hal karier.
4. Perempuan
dinilai tidak terlalu berambisi mengejar upah tinggi.
Hal
diatas menggambarkan bahwa “female world”
tetap berbeda dengan “male world” artinya ada ranah yang memang tidak
bisa dimasuki oleh perempuan demikian sebaliknya. Jika ada peran gender yang
tidak sesuai dengan konstruksi sosial maka akan di kategorikan sebagai perilaku
menyimpang.
Modul : 2
Ketidak adilan dan Kekerasan Gender
Kegiatan
Belajar : 1
A. Marginalisasi
Perempuan
Perbedaan
peran gender adalah ketika laki-laki dan perempuan menjalankan peran sesuai
dengan konstruksi masyarakat berdasarkan pemahaman gender misal laki-laki
menjalankan peran public ( diluar rumah ) dan perempuan menjalankan peran
domestic (di dalam rumah ). Ketidakadilan gender merupakan sistem dan struktur
sosial dimana laki-laki maupun perempuan akan menjadi korban dari sistem
tersebut sebagai akibat konsep masyarakat terhadap gender contoh perempuan
hanya diberi peran pelengkap
(subordinat) dan laki-laki diberi peran utama (ordinat).
Menurut
Mansour Fakih ketidakadilan gender lainya adalah marginalisasi (pemiskinan)
ekonomi, suordinasi politik, pembentukan stereotipe (pelabelan) negatif
terhadap perempuan, kekerasan, beban kerja serta sosialisasi ideologi peran
gender.
Dalam
konteks gender marginalisasi memiliki arti akibat dari pemahaman terhadap jenis
kelamin tertentu menyebabkan posisinya termarginalisasi sehingga manjadi
miskin. Pada wilayah ekonomi marginalisasi terlihat pada keterbatasan dalam
mengakses dan berpartisipasi dalam sumberdaya ekonomi,kesempatan kerja dan modal.
Kesimpulanya marginalisasi perempuan disebabkan oleh :
1. Pemahaman
bahwa wilayah kerja perempuan adalah wilayah domestik sedang wilayah publik
milik laki-laki.
2. Adanya
budaya patriarkhi yang menempatkan laki-laki lebih superior dari perempuan.
B. Sub
ordinasi perempuan.
Peran
perempuan pada posisi sub ordinat artinya posisi perempuan sebagai pelengkap
terhadap posisi laki-laki sebagai pemegang posisi ordinat. Posisi sub ordinat
perempuan dapat dilihat pada :
1. Pengambilan
keputusan dalam keluarga dimana laki-laki (suami) sebagai pengambil keputusan.
2.
Dalam tatanan sosial budaya masyarakat
ada kecenderungan lebih mengutamakan laki-laki (prinsip patriakhi).
3. Pada
wilayah hukum dan politik sub ordinasi perempuan terjadi pada akses dan
partisipasi hukum dan politik. Banyak peraturan yang bersifat diskriminatif
gender.
C. Stereotipe
Perempuan.
Stereotipe
adalah pelabelan atau penandaan terhadap suatu kelompok tertentu yang
disebabkan oleh pemahaman sifat fisik yang nampak maupun dari sudut pandang
gender. Segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan akan menimbulkan
ketidakadilan.
Kegiatan
Belajar : 2 Kekerasan Gender.
Kekerasan
yang berbasis gender adalah kekerasan yang dilakukan karena pemahaman
masyarakat terhadap jenis kelamin tertentu dianggap lebih kuat atau lebih
lemah. Kekerasan gender muncul diakibatkan oleh ketidaksetaraan kekuatan gender
yang ada dalam masyarakat. Macam-macam kekerasan gender :
1 Kekerasan
secara fisik.
2
Kekerasan gender secara psikologis.
Kekerasan
gender secara simbolis.
Kekerasan
yang disebabkan bias gender disebut : gender-related violence. Sedangkan
kekerasan simbolik menurut Yasraf A
Piliang (2002) adalah bagaimana bentuk dan cara sebuah realitas
kekerasan dipresentasikan didalam berbagai media dan presentasi tersebut
merupakan bentuk kekerasan. Dalam konteks media pemberitaan terdapat dua bentuk
kekerasan simbol :
1. Kekerasan
dalam mekanisme simbol yaitu relasi sosial politik atau ideologis dibalik
simbol.
2. Kekerasan
pada makna simbol dan tanda bahasa yang digunakan.
Kekerasan
pada mekanisme simbol berupa pemaksaan simbol dan maknanya dengan memanfaatkan
otoritas kekuasaan sedangkan kekerasan pada makna / isi simbol berupa
“agresifitas” yang terkandung dalam simbol tersebut misal dalam bentuk tulisan,
gambar, bahasa verbal, film, game yang mendung muatan kekerasan gender.
Modul : 3
Teori Sosiologi tentang Gender
Kegiatan
belajar :1 Teori Fungsional tentang
gender.
A. Teori
Fungsional : Talcott Parsons.
Perbedaan
gender memberi konstribusi dalam integrasi masyarakat tradisional. Perempuan
memelihara kohesi internal rumah tangga sedangkan laki-laki menghubungkan
keluarga dengan dunia yang lebih luas terutama melalui partisipasi dunia kerja
(Macionis, 1999). Menurut Parsons peran laki-laki yang demikian itu dinamakan :
instrumental.
Selanjutnya
Parsons menjelaskan bahwa masyarakat menjalankan perilaku gender melalui
variasi alat-alat kontrol sosial misal orang akan masuk dalam definisi kultural
gender yang memproduksi identitas gender yang akan dimiliki oleh mereka artinya
sejak lahir mereka sudah memiliki fondasi tentang peran yang akan dijalani
dalam masyarakat. Kultur merupakan kekuatan utama yang mengikat sistem tindakan
disamping itu kultur juga menengahi interaksi antar aktor, mengintgrasikan
kepribadian dan menyatukan sistem sosial. Jadi didalam sistem sosial, sistem
diwujudkan dalam nilai dan norma serta sistem kepribadian (Ritzer,2004). Norma
kultur terinternalisasi pada aktor dan terinstitusionalisasi pada sistem sosial
artinya pengaturan kebutuhan individu dipengaruhi oleh orientasi dan harapan
peran.
Kesimpulan,
analisis struktural fungsional menekankan bagaimana maskulinitas dan feminitas
didefinisikan secara komplementer.
B. Teori
Fungsional : Miriam Johnson.
Hal
yang penting bagi teoritisi fungsional dalam memahami gender adalah bagaimana
aplikasi pandangan Johnson atas konsep Parsons. Johnson mengkaji temuanya
tentang ketimpangan gender dalam struktur keluarga patriarkhis. Gender terintegrasi
kedalam masyarakat baik secara kultur maupun moralitas. Di Indonesia norma
tradisional juga memperkuat dan melanggengkan fungsi-fungsi komplementer perempuan
dan laki-laki saling melengkapi.
Kegiatan
Belajar : 2 Teori Konflik tentang Gender.
Analisis
teori konflik tentang gender berpusat
pada isu kekuasaan akibat adanya realitas perbedaan gender secara historis yang
menguntungkan laki-laki. Sistem patrarkhi yang menempatkan perempuan sebagai
subyek yang terdiskriminasi. Dalam pandangan teori konflik gender bukan dipandang
sebagai kohesi sosial tetapi sebagai konflik sosial dimana pihak laki-laki
memproteksi hak istimewa sedangkan perempuan melawan status quo. Hal ini
berarti peran laki-laki dan perempuan tidak saling melengkapi.
A. Teori
Konflik tentang Keluarga ( Engels ).
Friedrich
Engelsdalam bukunya :” The Origin pf the family, Private propertyand the State
(1884). Engels menyatakan bahwa sistem kapitalisme yang mengintensifkan
dominasi laki-laki, sebab :
1. Kapitalisme
menciptakan kesejahteraan dengan memberdayakan laki-laki.
2. Perluasan
ekonomi kapitalis tergantung pada
definisi perempuan sebagai konsumen.
2. Mendukung
laki-laki bekerja dipabrik dan perempuan bekerja di rumah.
Munculnya
kapitalisme dan patriarkhi ini membuat laki-laki mendominasi perempuan disegala
bidang. Engels menganalisis kehidupan masyarakat kapitalis primitif sampai
kapitalisme awal. Pada masa ini perempuan banyak berkerja disektor domestik
akibatnya perempuan tidak memiliki nilai pasar karena sistem kapitalisme
berkaitan dengan sistem pasar.
A. Teori
Konflik : Stratifikasi Jenis Kelamin Collins.
Collins
mempertanyakan mengapa stratifikasi jenis kelamin masih eksis ? jawaban dari
pertanyaan ini berdasarkan dua fakta :
1. Manusia
memiliki dorongan yang kuat untuk gratifikasi seksual.
2. Pada
spesies manusia laki-laki lebih besar dan lebih kuat dari perempuan.
Perbedaan
teori konflik Marx dan Collins :
Marx Collins
Collins menawarkan konsep untuk memperbaiki posisi
perempuan :
1. Bagaimana
cara kekuatan dapa diorganisir.
2. Masyarakat
memberlakukan perempuan dapat berusaha dalam bidang ekonomi dan ada kesimbangan
kekuasaan berdsasarkan jenis kelamin.
Pekerjaan berkaitan
dengan uang dan uang merupakan sumber utama prestise dan kekuasaan dalam
masyarakat. Selain persoalan prestise dan kekuasaan, perempuan juga memiliki
hak istimewa (privilege).
B.
Teori Konflik Analitik dari Chafetz.
Janet Chafetz
menggunakan pendekatan lintas kultural dan lintas historisserta merumuskan
teori gender dalm seluruh pola-pola kemasyarakatan.
dewas ini memang kalangan masyarakat kurang memahami apa dan bagaimana gender, bagus paparanya nice post
BalasHapushttp://www.ilmusosiologi.com/2014/11/pengertian-ilmu-sosiologi-gender-serta.html