Sabtu, 20 Oktober 2012

TUGAS SOSIOLOGI ALIH TEKNOLOGI

-->
1.      Pengertian konsep-konsep :

a.         Pembagian Kerja :
Mekanisme kerja yang diterapkan pabrik pada dasarnya bertumpu sepenuhnya kepada prinsip rasionalitas formal, yakni kesesuaian antara cara (sarana) dengan tujuan. Pabrik menempatkan mekanisme kerja sebagai cara yang menjamin tercapainya tujuan secara efektif dan efisien. Bagi Ritzer, rasionalitas formal merupakan komponen kunci dari kehidupan modern. Ada empat dimensi rasonalitas formal yaitu efisiensi, kemampuan untuk di prediksi (predictability), lebih menekankan pada kuantitas daripada kualitas dan penggantian tekhnologi non manusia untuk tekhnologi manusia. Pembagian kerja (division of labor) dapat dikatakan merupakan hakikat peradaban modern oleh karena itu pada pabrik yang tidak padat modal cenderung bersifat fungsional, sedangkan pada perusahaan yang membutuhkan banyak tenaga profesional, pembagian kerjanya cenderung bersifat sosial karena proses produksi selalu merupakan hasil saling hubungan antar manusia, maka sifat dari produksi juga selalu bersifat sosial.

b.         Hubungan Kerja :
Hubungan kerja merupakan suatu sistem hubungan yang terbentuk di antara pelaku proses produksi barang atau jasa yang melibatkan sekelompok orang dalam suatu organisasi kerja. Tanggungjawab perusahaan mencakup empat jenjang yang merupakan satu kesatuan, yaitu: ekonomis, hukum, etis, dan filantropis. Tanggung jawab ekonomis berarti perusahaan perlu menghasilkan laba sebagai fondasi untuk dapat berkembang dan mempertahankan eksistensinya. Namun dalam tujuan mencari laba, sebuah perusahaan juga harus bertanggung jawab secara hukum dengan mentaati ketentuan hukum yang berlaku. Secara etis perusahaan juga bertanggungjawab untuk mempraktekkan hal-hal yang baik dan benar sesuai dengan nilai-nilai, etika, dan norma - norma kemasyarakatan. Tanggungjawab filantropis berarti perusahaan harus memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat sejalan dengan operasi bisnisnya. Perusahaan / korporasi bukan lagi sebagai entitas yang hanya mementingkan dirinya sendiri saja (selfish) sehingga teralienasi melainkan sebuah entitas usaha yang wajib melakukan adaptasi kultural dengan lingkungan sosialnya termasuk dengan pekerja / buruh. Tujuan dari hubungan industrial adalah meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan pekerja dan pengusaha. Produktivitas dan kesejahteraan merupakan dua hal yang saling berkaitan erat dan saling mempengaruhi. Peningkatan produktivitas perusahaan dan kerja tidak bisa dicapai apabila kesejahteraan pekerja tidak diperhatikan atau diberikan harapan tentang kesejahteraan yang lebih baik di masa depan. Demikian juga sebaliknya, kesejahteraan pekerja tidak bisa dipenuhi atau ditingkatkan apabila tidak terjadi peningkatan produktivitas perusahaan dan kerja.
    c. Kontrol Produksi :
Kontrol berarti mengawasi jalannya pekerjaan, perilaku maupun alat produksi. Menurut Marx masyarakat kapitalis  kriteria kelasnya terbagi menjadi dua, yaitu mereka yang memiliki alat produksi dan mereka yang tidak memiliki alat produksi. Kaum borjuis adalah pemilik sistem kapitalis. Mereka adalah pemilik dan yang mengontrol atas sarana-sarana produksi. Marx melihat pada alienasi dan eksploitasi yang dialami kalangan buruh. Secara kritis Karl Marx mengatakan bahwa hasil produksi tidak secara langsung terkait dengan kebutuhan masyarakat. Barang produksi adalah komoditas yang mementingkan nilai tukar ketimbang nilai guna. Dengan demikian, produsen mendorong masyarakat untuk mengkonsumsi. Masyarakat adalah subordinat produsen.
Baudrillard mengatakan bahwa, “penguatan konsumsi dianggap sejalan dengan penguatan dari kontrol produksi itu sendiri. Dan konsumsi dianggap sebagai sesuatu yang diorganisir oleh tatanan produksi sebagai perluasan kekuatan produksi serta merupakan kekuatan produktif yang penting bagi kapital itu sendiri”.

    d. Standardisasi :
Standardisasi didefinisikan sebagai proses merumuskan, merevisi, menetapkan dan menerapkan standar yang dilaksanakan secara tertib dan atas kerjasama dengan semua pihak. Standardisasi meliputi pengkajian sistem mutu perusahaan dan standar internasional tentang mutu yang dikenal dengan nama ISO seri 9000.
Sedangkan standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan, disusun berdasarkan konsensus semua pihak yang terkait dengan memperhatikan syarat-syarat kesehatan, keselamatan,  perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengalaman.
Peranan standardisasi dalam menunjang manajemen mutu sangat besar, terutama untuk mencapai mutu  yang telah ditetapkan secara konsisten.

    e. Sistem Produksi:
Sistem produksi yaitu sekumpulan sub-sistem yang terdiri dari pengambilan keputusan, kegiatan, pembatasan, pengendalian dan rencana yang memungkinkan berlangsungnya perubahan input menjadi output melalui proses produksi. Sedangkan sub-sistem yang terlibat dalam kegiatan produksi adalah: subsistem input, subsistem output, subsistem perencanaan dan subsistem pengendalian. Produksi adalah :
1.               kegiatan atau proses yang mengubah masukan (input) menjadi keluaran (output).
2.             kegiatan yang menghasilkan barang, baik barang jadi, setengah jadi, barang industri, suku cadang maupun komponen-komponen penunjang. 
3.             kegiatan yang berhubungan dengan usaha penciptaan dan penambahan kegunaan suatu barang atau jasa.
Kegiatan produksi dapat dilakukan dengan tiga macam pendekatan yaitu; Pendekatan perkembangan yang menguntungkan (Profitable Growth Approach), Pendekatan SWOT (Strenghth, Weakness, Opportunity and Threathment) dan Pendekatan Sistem.

2.      Penerapan konsep :
Aspek
Home industri          
Gilda
Putting out
Pabrikan
Pembagian kerja
Berdasarkan jenis kelamin
Pembagian kerja antar gilda
Pedagang kapital menyediakan bahan baku dan peralatan produksi
Berdasarkan ketrampilan kerja
Hubungan kerja
Hubungan kerja, kekerabatan, keluarga.
Penerimaan pegawai berdasarkan paternalistik Master gilda bertindak sebagai kordinator
Mandor dan industri berdasarkan kontrak borongan
Bersifat formal berdasarkan ketrampilan dan spesialisasi.
Kontrol produksi
Bahan baku dari lokal
Persaingan antar gilda dibatasi
Pedagang kapital dan mandor mengendalikan produksi lokal dan kualitas produk
Pengusaha dan mandor mengendalikan kualitas produk.
Standardisasi
Hasil produksi berupa produk pertanian.

Membatasi persaingan antar gilda.
Upah didasarkan pada satuan hasil kerja.
Standardisasi upah dan kualitas produk berdasarkan aturan yang ada.
Sistem produksi
Teknologi sederhana
Kebutuhan produksi dan distribusi diatur oleh gilda.
Menghasilkan produk konveksi dan alat rumah tangga
Seluruh input produksi , bahan baku, tenaga kerja, uang dalam satu atap.

3.         Sistem Produksi dan distribusi :
Kegiatan produksi dan distribusi (pemasaran ) memiliki kaitan yang erat artinya penguasaan distribusi juga akan di tentukan oleh jenis dan kualitas produk. Dalam pemasaran, proses pemilihan saluran pemasaran sangat menentukan berhasil tidaknya suatu produk diterima oleh pasar. Secara bisnis, distribusi / pemasaran produk akan dipengaruhi oleh karakteristik produk, faktor biaya distribusi dan geografis pasar. Dalam membangun saluran pemasaran perlu diperhatikan kesamaan misi dan visi antara upliner dan downliner.
Contohnya, seorang produsen mobil tentunya akan memilih intermediary (perantara) yang sama dengan misi dan visi yang diembannya. Untuk ini produsen mobil itu akan mengajukan syarat tertentu kepada intermediarynya agar posisi produk mobilnya tetap terjaga dan sesuai dengan rencana perusahaan. Selain itu, faktor loyalitas dan moralitas intermediary umumnya juga menjadi penilaian tersendiri bagi produsen dalam memilih sosok intermediarynya.
Kesimpulanya : kesuksesan dalam berbisnis ditentukan oleh karakteristik produk dan system distribusi yang dipilih. Jika kedua hal ini tidak dibisa dikelola dengan baik maka kegagalan perusahaan akan terjadi.
4.         Kemunculan berbagai macam industri karena penguasaan capital ?
Menurut Istilah Kapitalisme adalah system perekonomian yang alat produksinya dan distribusi dimiliki secara pribadi dan dijalankan untuk memperoleh keuntungan,dengan ciri persaingan dalam pasar bebas. Kapitalisme merupakan sebuah paham ekonomi yang bertujuan untuk mendapatkan sebesar-besarnya keuntungan dan modal (kapital). Pada paham kapitalisme uang atau modal memegang peran penting dalam pelaksanaan politik atau kebijakan kapitalisme. Max Weber mendefinisikan kapitalisme sebagai hadirnya pembagian industry bagi kebutuhan -kebutuhan kelompok manusia dimanapun yang dilaksanakan dengan metode perusahaan dan Weber menggunakan semangat kapitalisme untuk menggambarkan sikap mental untuk mencari keuntungan secara rasional dan sistematis.
Prinsip kapitalisme meliputi pemilikan perorangan (individual ownership); perekonomian pasar(market economy); persaingan(competition); keuntungan(profit).
Sistem Gilda di Indonesia

5.         Masalah kemiskinan di Indonesia :
Kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan pemenuhan hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, dalam menjalani kehidupan secara bermartabat. Hak-hak dasar terdiri dari hak-hak yang dipahami masyarakat miskin sebagai hak mereka untuk dapat menikmati kehidupan yang bermartabat dan hak yang diakui dalam peraturan perundang-undangan. Hak-hak dasar yang diakui secara umum antara lain meliputi terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumberdaya alam dan lingkungan hidup, rasa aman dan perlakukan atau ancaman tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik, baik bagi perempuan maupun laki-laki.
Pengertian budaya miskin (cultur of poverty) yang dikemukakan Oscar Lewis pernah digunakan sebagai rujukan untuk merumuskan pengertian kemiskinan kultural oleh Biro Pusat Statistik (BPS). Menurut BPS (2008), ”kemiskinan kultural diakibatkan oleh faktor-faktor adat dan budaya suatu daerah tertentu yang membelenggu seseorang tetap melekat dengan indikator kemiskinan”. Pengertian kemiskinan kultural yang dikemukakan BPS mengacu pada sikap seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh faktor budaya, tradisi dan kebiasaan yang cenderung mengarahkan masyarakat pada sikap apatis, ”nrimo” atau pasrah pada nasib, boros dan bahkan tidak kreatif sekalipun ada bantuan dari pihak luar. Selain itu, kemiskinan kultural tidak terjadi secara tiba-tiba tetapi disebabkan oleh proses perubahan sosial secara fundamental, seperti transisi dari budaya feodalisme kepada budaya kapitalisme.
Kondisi miskin yang dialami masyarakat juga terjadi karena adanya legalisasi dan penguatan komunitas terhadap sikap dan perilaku negatif anggota-anggotanya. Rendahnya motivasi dan minat kompetisi warga untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya tidak dipandang sebagai suatu masalah oleh komunitas bahkan sebaliknya apabila ada warga yang menunjukkan tingkat partisipasi dan tindakan proaktif yang tinggi justru akan menimbulkan kecemburuan sosial, dianggap sebagai upaya untuk menonjolkan diri, menimbulkan persaingan dan kesenjangan di antara mereka sendiri.
Sedangkan kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang ditengarai atau didalihkan bersebab dari kondisi struktur atau tatanan kehidupan yang tidak menguntungkan. Kemiskinan dalam kondisi struktur demikian tidak disebabkan oleh faktor-faktor yang alami atau faktor-faktor pribadi dari orang miskin itu sendiri melainkan oleh sebab tatanan sosial yang tidak adil. Tatanan yang tidak adil ini menyebabkan banyak masyarakat gagal untuk mengakses sumber-sumber yang dibutuhkan untuk mengembangkan dirinya maupun untuk meningkatkan kualitas kehidupannya. Faktor-faktor utamanya ditengarai berasal dari pemerintah dan struktur-struktur kekuasaan yang berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat. Faktor-faktor penyebab kemiskinan struktural antara lain kebijakan sosial yang tidak berpihak kepada masyarakat, penguasaan sumber daya secara berlebihan oleh pemerintah, pembangunan yang tidak dialokasikan secara adil dan terbatasnya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat untuk berperan sebagai subyek dalam pembangunan.
Berdasarkan uraian diatas maka kami berpendapat bahwa kemiskinan di Indonesia merupakan perpaduan antara kemiskinan kultural dan struktural.

6.         Upaya memerangi kemiskinan di Indonesia :
Masalah kimiskinan memiliki beberapa dimensi yaitu dimensi ekonomi dilakukan pengukuran secara langsung terhadap kemiskinan untuk menetapkan standar baku yang dikenal sebagai garis kemiskinan (line poverty). Dalam konteks politik, kemiskinan didefinisikan sebagai ketidaksamaan kesempatan dalam mengakumulasikan basis kekuasaan sosial. Dimensi sosial psikologis dalam kemiskinan menunjuk pada kurangnya jaringan dan struktur sosial yang dapat mendukung upaya untuk mendapat kesempatan-kesempatan peningkatan produktivitas.
Dimensi-dimensi kemiskinan merupakan faktor-faktor yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Hubungan sebab akibat dan saling mempengaruhi ini kemudian menyebabkan masyarakat terjebak dalam perangkap kemiskinan atau sering disebut juga sebagai lingkaran setan kemiskinan.
Mollat secara spesifik menunjuk kepada kelompok-kelompok masyarakat yang mengalami masalah ganda dalam kemiskinannya. Gambaran orang miskin menunjukkan bahwa selain tidak mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, orang miskin mengalami berbagai hambatan yang berasal dari dalam dirinya serta menerima perlakuan dari luar yang membuatnya semakin terpuruk.
Untuk dapat menggali memahami dan memerangi kemiskinan di Indonesia dipergunakan berbagai cara antara lain :
1.             Mengubah pola pikir warga miskin bahwa kemiskinan bukan takdir tetapi suatu kondisi yang dapat dapat dirubah.
2.             Parcipatory action research dengan melibatkan warga miskin.
3.             Pembinaan, bimbingan dan pendampingan dalam hal ketrampilan, modal dan pemasaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar